Syekh Siti Jenar
Buku ini saya dapatkan dari rumah pakde saya di Palur beberapa tahun lalu. Jauh sebelum saya masuk kuliah, mungkin kelas 1 atau 2 SMA. Banyak buku di rumah pakde saya, Rezal yang polos ketika itu lantas mengambil “Ketika Tuhan Bersatu Diri”
“Judul yang menarik” begitu mungkin pikir saya ketika itu.
Setelah beberapa tahun mengendap di rumah akhirnya saya tertarik untuk membacanya -dulu belum sempat dibaca. Meskipun banyak hal yang tidak saya pahami dari buku ini, setidaknya saya menemukan beberapa hikmah dari hasil bacaan saya.
1. Siti Jenar ternyata bermakna lemah abang. Siti berarti lemah/tanah dan Jenar adalah abang/merah.
2. konon katanya Syekh Siti Jenar hidup di masa Raden Patah berjaya dengan Kesultanan Demaknya. Di Masa itu pula hidup Sunan Kalijaga
3. Meskipun banyak yg mengakui keberadaannya, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar adalah tokoh fiktif buatan mereka yang tidak senang dengan hadirnya Kesultanan Demak
4. Konsep Syekh Siti Jenar ini sama dengan yang dulu diajarkan oleh Alhallaj
5. Menurut Syekh Siti Jenar, dunia ini adalah fana. Dunia beserta seluruh isinya, seluruh indera dan segala bentuk amatannya. Menurutnya untuk menuju tuhan tidak diperlukan syariat, langsung kepada ma’rifat.
hal ini mengingatkan saya dengan perbincangan dengan salah seorang saudara ketika bertemu saat lebaran kemarin. Bahwa ajaran sufi seharusnya tidak meninggalkan syariat, karena Rasulullah sendiri tidak pernah meninggalkan syariat.
6. Konon akhrinya ia dibunuh dengan cara dipenggal atau beberapa sumber mengatakan bahwa ia dibakar hidup-hidup oleh Kesultanan
7. Di buku ini sama sekali tidak disinggung nama Rasulullah (seingat saya)
satu kalimat yang menarik dari buku ini ada pada halaman 103
“Pelajaran berharga dari kontroversi Siti Jenar ialah perlunya setiap orang mengambil jarak pada kekuasaan, kepentingan duniawi dan kepentingan atas nama Tuhan dan keagamaan”. Meskipun bagian terakhir dari kalimat ini tidak saya setujui
https://www.instagram.com/p/Cr3L9UrrZqJ/utm_source=ig_web_copy_link
Ketika Tuhan Bersatu Diri
Ki Reksa Bawana
Penerbit Narasi, 2007