Rezal Prihatin
1 min readFeb 12, 2024

Respon atas perjalanan seorang akademisi kawan akrab Rasyid dan Purnowo ke IKN di tahun 2029, bagian ketiga.

Pertama, saya tidak melihat adanya gagasan mengenai pendidikan di Bianto 5 tahun lalu, atau aku yg memang menutup diri untuk membaca visi, misi gagasannya. Padahal pendidikan adalah aspek paling dasar pembangunan bangsa.

Kedua, dugaan saya wakil Pak Bianto adalah mas Buming, meski belum pernah anda tulis. Beliau adalah bagian dari rezim yg sejak 2014-2024 berkuasa. Bukankah mereka 5 tahun terakhir semakin bertangan besi, karena ketika pemilu yg anda sebut kontroversial itu saja mereka sudah mengerahkan seluruh perangkat negara?

Ketiga, mengenai anak haram konstitusi. Apakah ini satu hal yg dibenarkan? Mengingat di pemilu kontroversial 5 tahun lalu terjadi demikian. Semahal inikah harga dari penanganan "dugaan" krisis perang? Kita harus melepas atribut demokrasi, yg dulu tampak mewah kita inginkan.

Keempat, saya khawatir dampak buruk anak haram konstitusi ini meluas. Dan menjadi tabiat buruk yg senantiasa dipupuk. Ditiru oleh kalangan di bawahnya, dari tingkat Provinsi hingga RT. Sehingga tindakan perubahaan aturan untuk kepentingan tertentu mendapat legitimasi di lapisan masyarakat paling bawah. Sebuah kemajuankah?

Di bagian yg belum anda ceritakan tentang suasana pemerintahan 2024-2029, mampukah pak Bianto bersikap semi-otoriter dan tidak sepenuhnya otoriter? atau malah saya khawatir ini akan menjadi seperti yg terjadi Argentina tahun 1978. Pemerintah menutupi kesengsaraan rakyatnya akibat sikap otoriter Junta, dengan menjadikan Argentina tuan rumah sekaligus juara Piala Dunia melalui jalur yang picik, sehingga rakyat lupa kalau sedang dintidas.

No responses yet