“Laut Bercerita” dan Apa yang Saya Baca Sepanjang Juli — Desember
Juni
Saya lupa atas sebab apa di bulan Juni 2023 Saya hanya menyelesaikan 1 buku. Adalah Laut Bercerita novel karya Leila S. Chudori yang sedang naik daun yang Saya selesaikan di bulan Juni. Saya merasa beruntung membaca buku ini dalam edisi koleksi. Hardcover dengan tambahan ilustrasi dan surat yang diselipkan di bagian belakang buku. Novel ini saya pinjam dari seorang teman di jurusan Fisika. Saya juga berkesempatan untuk sharing dalam acara Ngopi Bareng di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga tentang buku ini.
Berkisah tentang Biru Laut, seorang aktivis yang dikejar-kejar rezim karena sering membuat kegiatan yang dianggap makar dan sebagainya. Hingga akhirnya meninggal dengan ditenggelamkan ke laut. Yang menjadi bagian menarik dalam kisah ini adalah, keluarga Biru Laut masih belum percaya bahwa Laut telah tiada. Setiap makan, ayahnya masih menyediakan piring kosong untuknya, berharap Biru Laut akan datang tiba-tiba dan bergabung untuk makan.
Juli
Setelah saya cek catatan mambaca saya dalam aplikasi Bookshelf saya benar tidak menyelesaikan satu buku pun di bulan Juli. Haha. Saya bisa menjeaskan alasannya. Mulai pertengahan Juli, Saya disibukkan dengan penelitian di Kulon Progo yang sudah Saya mulai di bulan Maret. Jadi separuh Juli Saya habiskan untuk bolak balik Kulon Progo — Jogja dan penelitian yang menguras waktu dan energi.
Agustus
Penelitian Saya berakhir sebelum memasuki bulan Agustus. Meski demikian, sebenarnya Saya masih ada hutang untuk menyelesaikan laporannya. Tapi setidaknya Agustus tidak sesibuk bulan Juli, sehingga Saya memiliki cukup waktu dan energi untuk membaca 3 buku, yang semuanya adalah novel. Dimulai dengan Re: dan Perempuan. Buku yang juga menjadi trending topic seperti Laut Bercerita. Maman Suherman mengkisahkan hasil risetnya pada tahun 80–90 an dalam sebuah novel yang sangat menguras emosi mengenai kehidupan malam yang penuh risiko.
Dua buku berikutnya yang Saya selesaikan di bulan Agustus adalah karangan Tere-Liye, Sepotong Hati yang Baru dan Ayahku (Bukan) Pembohong. 2 buku ini Saya pilih untuk menemani Saya selama membantu penelitian teman di Kulon Progo pada bulan Agustus. Kumpulan cerpen dalam Sepotong Hati yang Baru cukup menarik untuk dibaca, meskipun Saya rasa masih lebih bagus Berjuta Rasanya.
Buku berikutnya, Ayahku (Bukan) Pembohong sangat saya nikmati. Mengajarkan bagaimana hidup dengan pemahaman yang baik dan mengajarkan pemahaman itu kepada anak dan keluarga. Bagaimana menemani tumbuh kembang anak dengan kisah-kisah hebat. Satu pesan yang Saya ingat dari sekian banyak cerita yang dikisahkan ayah kepada Dam adalah kisah tentang suku penguasa angin. Ketika mereka hendak melangsungkan pertempuran akbar,
mereka mempersiapkan kekalahan dengan sangat baik sebagaimana mereka menyiapkan diri mereka untuk kemenangan.
September
Bulan September Saya mulai dengan menyelesaikan Berjuta Rasanya. Kumpulan cerpen yang pada 2 paragraf sebelumnya Saya sebut lebih bagus daripada Sepotong Hati yang Baru. Buku berikutnya adalah Sepakbola Tak Akan Pulang. Buku ketiga karya Mahfud Ikhwan yang saya baca. Berisi esai-esai sepakbola yang ditulis oleh Mahfud Ikhwan. Saya cukup kesulitan membaca buku ini, karena topik sepakbola yang dibahas dalam buku itu mayoritas berlatar eropa tahun 90an.
Kemudian, entah mengapa di pertengahan September Saya merasa perlu mengulang buku Atheis Saleh tulisan M. Kadafi yang sudah Saya baca 3 tahun sebelumnya. Saya mendapatkan buku itu langsung dari penulisnya dalam sebuah acara ketika itu. Novel yang mengkisahkan kesalehan seseorang yang ternyata hanya di luarnya. Dalam kehidupan normal, ia disegani sebagai seorang warga yang saleh dan sering menjadi imam sholat. Namun dalam kehidupan mayanya, ia adalah penulis besar dalam topik ateisme. Novel ini bisa menjadi refleksi diri, barangkali Saya selama ini juga demikian tanpa Saya sadari.
Oktober
Tujuh Oktober 2023 menjadi hari yang amat besar bagi perjuangan rakyat Palestina untuk lepas dari jajahan Israel. Rudal-rudal mereka berhasil menembus iron dome milik Israel yang diklaim mampu menepis segala serangan rudal. Hingga tulisan ini dirilis, serangan Israel kepada Palestina masih terus memanas. Mereka menghabisi setiap jengkal Gaza. Di pertengahan Oktober, dalam kecamuk itu saya mencoba mencari buku tentang Palestina di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. Kemudian saya dapatkan Berebut Tanah Suci Palestina tulisan Abu Bakar yang saya selesaikan di bulan Oktober.
November
Masih dalam rangka yang sama, Saya masih mencari buku bertema Palestina. Hal ini Saya maksudkan,
Agar segala bentuk dukungan yang Saya berikan kepada Palestina tidak hanya berdasar tranding topic.
Kemudian saya menyelesaikan Sejarah Palestina tulisan Fawzy Al-Ghadiry dan Nyala Semesta karangan Farah Qoonita. Buku kedua adalah novel fiksi tentang sebuah kelurga di Gaza, Palestina yang didasarkan pada fakta-fakta mengenai penjajahan Israel di tanah Palestina.
Bulan November Saya lanjutkan dengan membaca ulang Sunset Bersama Rosie yang sebelumnya pernah Saya baca ketika SMA. Saya menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 1 hari, ketika beberapa teman sedang sibuk menyiapkan diri untuk wisuda.
Saya tidak membayangkan jika berada pada posisi Tegar dalam kisah di novel ini. Kesabaran Tegar dalam menemani teman sekaligus perempuan yang ia cintai namun gagal diperistri olehnya, Rosie, dalam masa pemulihan setelah kehilangan kewarasan sungguh luar biasa. Tidak hanya itu, Tegar juga menemani 3 anak Rosie selama mereka tidak memiliki orang tua. Di sisi lain, ia memiliki janji kehidupan yang lebih baik di Jakarta bersama Sekar.
Buku terakhir yang Saya selesaikan di bulan November adalah Kemi 1. Novel karangan Ustadz Adian Husaini tokoh pendidikan islam di Indonesia. Novel ini mengisahkan seorang mantan santri yang memilih jalan terjal menjadi liberalis sekaligus pluralis yang menggaungkan kebebasan. Rahmat kemudian diutus oleh Kyai untuk membawa kembali Kemi dan menjauhkannya dari lingkungan itu. Novel ini diberikan oleh seorang teman yang konsen mempelajari isu liberalisme, pluralisme dan kesetaraan gender.
Desember
Di bulan penghujung tahun 2023, Saya menyelesaikan setidaknya 5 buku. 4 buku Saya mulai baca dari bulan-bulan sebelumnya dan hanya 1 buku yang sepenuhnya Saya baca di bulan Desember. Keempat buku itu adalah dua tulisan fisikawan kontroversial Stephen W. Hawking yaitu Lubang Hitam dan Jagat Bayi serta Esai-Esai Lainnya dan Teori Segela Sesuatu. Apa yang berusaha dilakukan Hawking adalah menuliskan hasil penemuannya dalam bentuk buku populer sehingga bisa dinikmati oleh orang awam. Dia berusaha sesedikit mungkin menuliskan persamaan dalam 2 buku itu, karena persamaan atau rumus dianggap momok bagi pembaca awam.
Dua buku berikutnya adalah Islam yang Disalahpahami buah pikiran Prof. Quraish Shihab, serta kumpulan cerpen bertajuk Setangkai Melati di Sayap Jibril karangan Danarto. Buku terakhir, yang sepenuhnya saya baca di bulan Desember adalah Belajar Mencintai Kambing tulisan Mahfud Ikhwan. Buku ini berisi cerpen-cerpen inspiratif yang menggelitik sekaligus bermakna dalam.
Setidaknya, itulah cerita Saya dan 35 buku yang Saya selesaikan di tahun 2023. Setelah mengingat dan membuka catatan SMA, ternyata Saya pernah bercita-cita membaca buku minimal 30 buku dalam setahun. Dan saya merealisasikannya di tahun 2023. Saya tidak sepenuhnya bisa mengingat apa saja isi buku yang pernah Saya baca, namun Saya yakin kalimat yang tertulis dalam buku-buku itu membekas dan berdampak baik pada kehidupan Saya. Ulasan lain mengenai buku-buku yang Saya baca bisa disimak melalui instagram @bukurezal atau corezal.medium.com
Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik (Buya Hamka)
— — — — —
Januari:
1. The Grand Old Man — Haris Priyatna
2. Ekologi Kebudayaan Jawa & Kitab Kedung Kebo — Dr. Peter Carey
3. Sains dan Dunia Islam — Prof. Abdus Salam
4. Origin — Dan Brown
Februari
5. Corat-Coret di Toiltet — Eka Kurniawan
6. Dari Atomos Hingga Quark — Hans J. Wospakrik
7. Urusan Laut Jangan Dibawa Ke Darat — Emha Ainun Najib
8. Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas — Eka Kurniawan
Maret
9. Pak AR yang Zuhud — Muhammad Farid Cahyono
10. Asrama — Yoko Ogawa
April
11. Perlawanan Terakhir Diponegoro — Abdul Rohim
12. Janji — Tere Liye
13. Kakbah Sebelum Islam — B.A. Susmayati
14. Menjawab Sekularisasi, Kristenisasi dan Nativisasi — Arif Wibowo, dkk
15. Sayap-Sayap Patah — Kahlil Gibran
Mei
16. Ketika Tuhan Bersatu Diri — Ki Reksa Bawana
17. Inilah Esai: Tangkas Menulis Bersama Para Pesohor — Muhidin M. Dahlan
18. Anwar Tohari Mencari Mati — Mahfud Ikhwan
Juni
19. Laut Bercerita — Leila S. Chudori
Agustus
20. Re: dan Perempuan — Maman Suherman
21. Sepotong Hati Yang Baru — Tere Liye
22. Ayahku (Bukan) Pembohong — Tere Liye
September
23. Berjuta Rasanya — Tere Liye
24. Sepakbola Tak Akan Pulang — Mahfud Ikhwan
25. Atheis Shaleh — M. Kadafi
Oktober
26. Berebut Tanah Suci Palestina — Abu Bakar
November
27. Sejarah Palestina — Fawzy Al-Ghadiry
28. Sunset Bersama Rosi — Tere Liye
29. Nyala Semesta — Farah Qoonita
30. Kemi 1 — Dr. Adian Husaini
Desember
31. Lubang Hitam dan Jagat Bayi serta Esai-Esai Lainnya — Stephen Hawking
32. Islam yang Disalahpahami — M. Quraish Shihab
33. Belajar Mencintai Kambing — Mahfud Ikhwan
34. Teori Segala Sesuatu — Stephen W. Hawking
35. Setangkai Melati di Sayap Jibril — Danarto
2023 dalam angka:
Fiksi: 19 buku
Non-Fiksi: 16 buku
Total: 35 buku
Penulis yang paling banyak saya baca di tahun 2023:
1. Tere-Liye (5 buku)
2. Mahfud Ikhwan (3 buku)
3. Stephen W. Hawking (2 buku)
4. Eka Kurniawan (2 buku)