“Dirty Vote” dan Puisi Wiji Thukul
Dini hari ini saya menyelesaikan tontonan yang sedang ramai dibacarakan seharian, “Dirty Vote”. Sebuah karya dokumenter kolaborasi banyak pihak yang diunggah di Youtube PSKH Indonesia. Saya banyak menghela napas selama 1 jam 50 menit, meski di beberapa bagian sempat tertidur dan harus saya ulangi.
Setelah kalimat penutup dari Bivitri Susanti,
“Untuk menyusun skenario kotor ini,
tak perlu kepintaran atau kecerdasan
yang diperlukan cuma dua,
Mental culas dan tahan malu”
Saya membuka buku “Kebenaran Akan Terus Hidup” tulisan Wiji Thukul dkk, yang diterbitkan 10 tahun setelah Wiji Thukul menghilang. Buku yang saya dapatkan dari rak buku rahasia Pakde di Palur, yang juga teman Wiji Thukul sebelum diculik.
Saya berharap bisa menemukan puisi Wiji Thukul yang relevan dengan tontonan yang baru saja saya selesaikan. Sambil diiringi kekuatan magis Cholil Mahmud dan Efek Rumah Kaca (ERK) dalam lagu “Seperti Rahim Ibu”, saya menemukan beberapa yang menurut saya cocok. Saya tuliskan beberapa kutipannya
Pulanglah nang
Nanti kamu menangis lagi
Jangan dolanan sama anaknya pak Kerto
Bejo memang mbeling
Kukunya hitam panjang-panjang
Kalau makan tidak cuci tangan
Nanti kamu ketularan cacingan
Pulanglah Nang, Solo, 1986
…Jika kami bunga
Engkau adalah tembok
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Bunga dan Tembok, Solo, 1987–1988
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
Di sana bersemayam kemerdekaan
Apabila engkau memaksa diam
Aku siapkan untukmu: pemberontakan!
Sajak Suara, 1988
Di radio aku mendengar berita-berita
Tapi aku jadi muak karena isinya
Kebohongan yang tak menyatakan kenyataan
Untunglah warta berita segera bubar
Acara yang kutunggu-tunggu datang: dagelan!
Aku Lebih Suka Dagelan, Solo, 1987
“Dirty Vote” https://youtu.be/yHX7N-gcvhQ?si=0ruhzziShSwrQsGj
“Seperti Rahim Ibu” oleh Efek Rumah Kaca https://youtu.be/_SAtqIEv6AA?si=r9IihVJ5wVG4utqg